Sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) lebih sering dialami oleh wanita dan biasanya dialami oleh orang-orang berusia di bawah 50 tahun.
Munculnya gejala IBS bisa dipicu oleh beragam hal, termasuk stres, konsumsi makanan dan minuman tertentu, sampai perubahan hormonal, misalnya saat menstruasi.
Sindrom iritasi usus atau Irritable bowel syndrom (IBS) merupakan kelainan iritasi yang umum terjadi yang mengenai usus besar.
Tanda dan gejala yang timbul biasanya meliputi kram perut, nyeri perut, kembung, dan perubahan pola buang air besar (diare atau konstipasi).
Bahaya sindrom iritasi usus adalah keadaan yang kronik yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang.
Namun, sindrom ini tidak menyebabkan perubahan struktur jaringan usus ataupun berisiko terjadinya kanker usus besar.
Baca juga: Infeksi Saluran Kemih: Detail Penyakit, Ciri-Ciri, dan Obat
Penyebab Sindrom Iritasi Usus Besar
Gejala sindrom iritasi usus besar bisa dikendalikan dengan mengatur pola makan, gaya hidup, dan stres.
Gejala yang lebih parah dapat diobati dengan pengobatan dan konseling. Ada beberapa faktor penyebab sindrom iritasi usus besar, diantaranya:
Kontraksi Otot Usus
Dinding usus dilapisi dengan lapisan otot yang berkontraksi ketika makanan melewati saluran pencernaan.
Namun, ketika kontraksi menjadi lebih kuat, maka kondisi ini dapat menyebabkan gas, kembung, dan diare.
Kontraksi usus yang lemah dapat memperlambat perjalanan makanan dan menyebabkan tinja yang keras dan kering.
Sistem Saraf
Kelainan pada saraf sistem pencernaan juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan.
Sinyal yang terkoordinasi dengan buruk antara otak dan usus dapat menyebabkan tubuh bereaksi berlebihan terhadap perubahan yang biasanya terjadi pada proses pencernaan.
Kondisi seperti ini bisa menimbulkan perut sakit, diare, ataupun sembelit.
Peradangan Usus
Beberapa pengidap sindrom iritasi usus mengalami peningkatan jumlah sel sistem kekebalan di usus mereka. Respons sistem kekebalan ini bisa memicu rasa sakit dan diare.
Infeksi Parah
Sindrom iritasi usus dapat berkembang setelah serangan diare yang parah (gastroenteritis) yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyakit ini juga sering dikaitkan dengan kelebihan bakteri di usus.
Perubahan Bakteri Dalam Usus
Mikroflora adalah bakteri “baik” yang hidup di usus dan berperan penting dalam menjaga kesehatan usus.
Penelitian menunjukkan bahwa mikroflora pada pengidap sindrom iritasi usus mungkin berbeda dari mikroflora pada orang sehat.
Baca juga: Begini Cara Mempercepat Haid, Alami Tanpa Obat
Gejala Sindrom Iritasi Usus Besar
Sindrom iritasi usus besar dapat menimbulkan keluhan dan gejala berupa:
- Sakit atau kram perut yang berulang
- Diare atau susah buang air besar (konstipasi)
- Kembung
Gejala ini bisa hilang timbul, mereda dengan sendirinya, semakin buruk, atau berangsur-angsur membaik. Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bulan, dan dapat kambuh. Selain itu, gejala lain yang bisa muncul saat seseorang mengalami irritable bowel syndrome dapat berupa:
- Sakit perut yang biasanya mereda setelah buang air besar (BAB)
- Tidak bisa menahan keinginan BAB
- Mual dan muntah
- BAB berlendir
- Sering bersendawa atau kentut
- Mudah lelah
- Nyeri punggung
- Cepat kenyang
- Nafsu makan menurun
- Rasa panas di dada dan penyakit asam lambung
Irritable bowel syndrome bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada tiap penderitanya. Namun, secara umum IBS akan menimbulkan 4 pola gangguan saluran cerna, yaitu:
- IBS- D, dengan gejala yang paling menonjol adalah diare
- IBS-C, dengan gejala yang paling menonjol adalah konstipasi atau sembelit
- IBS-M, dengan gejala campuran diare dan konstipasi
- IBS-U, dengan gejala tidak khas dan tidak bisa diklasifikasikan
Pengobatan Sindrom Iritasi Usus Besar
Belum ada obat atau penanganan yang bisa menyembuhkan sindrom iritasi usus besar. Namun, pengaturan pola makan dan pemberian obat akan dilakukan untuk meredakan keluhan dan mencegah munculnya gejala.
Jika diuraikan lebih lanjut, berikut metode penanganan irritable bowel syndrome yang akan diberikan oleh dokter:
Obat-obatan
Untuk meredakan gejala pada pasien sindrom iritasi usus besar, dokter akan memberikan obat-obatan berupa:
- Antikolinergik, seperti atropin
- Antispasmodik, seperti hyoscine butylbromide
- Antidiare, seperti loperamide
- Antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline
- Obat pencahar
- Suplemen serat
- Suplemen probiotik
- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine
- Obat pereda nyeri, seperti pregabalin atau gabapentin
Perubahan Pola Makan
Pasien juga perlu melakukan modifikasi pola makan, yaitu dengan menghindari, mengurangi, atau justru meningkatkan konsumsi jenis makanan tertentu secara bertahap sesuai dengan gejala yang dialami. Beberapa contoh modifikasi pola makan untuk pasien adalah:
- Menghindari makanan yang mengandung gas, seperti kacang-kacangan, kol, brokoli, atau permen karet, jika pasien yang mengalami perut kembung
- Konsumsi makanan tinggi serat, seperti gandum, atau makanan yang mengandung pemanis buatan, jika pasien mengalami diare
- Meningkatkan konsumsi makanan kaya serat, seperti buah tin, brokoli, atau apel, jika pasien mengalami sembelit
Itulah penjelasan tentang bahaya sindrom iritasi usus besar yang perlu Anda ketahui.