Kali ini kita akan membahas Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur. Banyak pendatang maupun penduduk lokal Pare sendiri yang mengira kalau Pare adalah sebuah kota. Hal ini keliru, Pare itu adalah sebuah kecamatan, karena hingga saat ini Pare masih dipimpin oleh camat.
Kecamatan yang menjadi icon Kampung Inggris ini terletak 25km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri – Malang, jalur Jombang – Kediri, serta Jombang – Blitar.
Sejarah mencatat, Pare menjadi terkenal di seluruh dunia karena disinilah antropolog kaliber dunia, Clifford Geertz, yang saat itu masih menjadi mahasiswa doktoral melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of Java.
Dalam buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama “Mojokuto”.
Di Pare, antropolog ini sering berdiskusi dan berkonsultasi dengan Kyai Yazid ibnu Thohir yang merupakan perintis adanya Kampung Inggris, yang juga merupakan salah satu narasumber yang membantu antropolog tersebut dalam menyelesaikan bukunya.
Pare termasuk kota lama. Ini terbukti dari keberadaan dua candi tidak jauh dari pusat kota, yakni Candi Surowono dan Candi Tegowangi, serta keberadaan patung “Budo” yang berada tepat di pusat kota.
Ketiga peninggalan ini membuktikan bahwa Pare telah lahir ratusan tahun lalu. Dahulu di Pare terdapat jalur kereta api dari Kediri ke Jombang, tetapi sekarang hanya tersisa relnya saja dan Stasiun Pare.
Dahulu Stasiun Pare mempunyai jalur cabang menuju Stasiun Papar. Hanya sampai sekarang belum diketahui dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa pendirinya.
Namun jika dilihat dari pendirian kedua candi tersebut kemungkinan Pare terbentuk pada abad 14 di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan menjadi ibu kota Kabupaten Kediri, yang secara berangsur-angsur dipindahkan dari Kota Kediri. Namun niat ini tidak pernah serius dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau para Bupati yang menjabat.
Mulai dari era Bupati H. Sutrisno, wacana tersebut akhirnya benar-benar dibatalkan, karena akan mendapatkan protes dari warga di sebagian wilayah Kabupaten Kediri, terutama di daerah selatan-seperti Kras, Ngadiluwih, Kandat dan Ringinrejo dan di daerah barat sungai Brantas seperti Tarokan, Grogol, Banyakan, Semen dan Mojo.
Demikian, Antropolog Kaliber Dunia Pernah Menimba Ilmu di Pare. Aktifkan tombol “Turn on Post Notifications” biar selalu update info dari parekampunginggris.co